Profil J03Joe FacebookVisitorsLike JoeKomentar AndaArsip BlogPost TerbaruMy Blog ListFriends |
Label
Blog saya? |
Wisata dan Liburan ke Banda Aceh | 20.42 |
komentar (0)
|
Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh
Pinto Khop
Setting Memisahkan Trafik Browsing Dan Game | 20.05 |
Filed under:
All About Configurasi IT
|
Untuk memisahkan trafik browsing dan game pada mikrotik. Dan semoga bermanfaat buat kita semua, trik pemisahan seperti ini
juga bisa di gunakan untuk trafik lainnya. Seperti SMTP misalnya, atau
tergantung mana yang ingin anda prioritaskan koneksinya.
Test running well di RB750 OS ver.4.5
ISP= SAPIDI EXECUTIVE 512 – 2M
Mangle:
GAME
/ip firewall mangle
add chain=game action=mark-connection new-connection-mark=Game \
passthrough=yes protocol=tcp dst-address=203.89.146.0/23 \
dst-port=39190 comment="Point Blank"
add chain=game action=mark-connection new-connection-mark=Game \
passthrough=yes protocol=udp dst-address=203.89.146.0/23\
dst-port=40000-40010
add chain=game action=mark-packet new-packet-mark=Game_pkt \
passthrough=no connection-mark=Game
add chain=prerouting action=jump jump-target=game
/ip firewall mangle
add chain=forward action=mark-connection \
new-connection-mark=Poker_con passthrough=yes \
protocol=tcp dst-address-list=LOAD POKER comment="POKER"
add chain=forward action=mark-connection \
new-connection-mark=Poker_con passthrough=yes \
protocol=tcp content=statics.poker.static.zynga.com
add chain=forward action=mark-packet new-packet-mark=Poker \
passthrough=no connection-mark=Poker_con
/ip firewall mangle
add chain=forward action=mark-connection new-connection-mark=http \
passthrough=yes protocol=tcp in-interface=WAN out-interface=Lan \
packet-mark=!Game_pkt connection-mark=!Game \
connection-bytes=0-262146 comment="BROWSE"
add chain=forward action=mark-packet new-packet-mark=http_pkt\
passthrough=no protocol=tcp connection-mark=http
/ip firewall mangle
add chain=forward action=mark-connection new-connection-mark=Download \
passthrough=yes protocol=tcp in-interface=WAN out-interface=Lan \
packet-mark=!Game_pkt connection-mark=!Poker_con \
connection-bytes=262146-4294967295 comment="LIMIT DOWNLOAD"
addchain=forward action=mark-packet new-packet-mark=Download_pkt \
passthrough=no packet-mark=!Game_pk> connection-mark=Download
/ip firewall mangle
chain=prerouting action=mark-packet new-packet-mark=Upload \
passthrough=no protocol=tcp src-address=192.168.0.0/24 \
in-interface=Lan packet-mark=!icmp_pkt comment="UPLOAD"
/queue type
name="Download" kind=pcq pcq-rate=256000 pcq-limit=50 \
pcq-classifier=dst-address pcq-total-limit=2000
name="Http" kind=pcq pcq-rate=1M pcq-limit=50 \
pcq-classifier=dst-address pcq-total-limit=2000
name="Game" kind=pcq pcq-rate=0 pcq-limit=50 \
pcq-classifier=src-address,dst-address,src-port, \
dst-port pcq-total-limit=2000
name="Upload" kind=pcq pcq-rate=0 pcq-limit=50 \
pcq-classifier=src-address pcq-total-limit=2000
/queue tree
name="Main Browse" parent=Lan limit-at=0 priority=8 max-limit=1M \
burst-limit=0 burst-threshold=0 burst-time=0s
name="Browse" parent=Main Browse packet-mark=http_pkt \
limit-at=0 queue=Http priority=8 max-limit=1M \
burst-limit=0 burst-threshold=0 burst-time=0s
name="Game" parent=global-total packet-mark=Game_pkt \
limit-at=0 queue=Game priority=1 max-limit=0 \
burst-limit=0 burst-threshold=0 burst-time=0s
name="Poker" parent=global-out packet-mark=Poker limit-at=0 \
queue=Game priority=3 max-limit=0 burst-limit=0 \
burst-threshold=0 burst-time=0s
name="Download" parent=global-out packet-mark=Download_pkt \
limit-at=0 queue=Download priority=8 max-limit=256k \
burst-limit=0 burst-threshold=0 burst-time=0s
name="Main Upload" parent=global-in limit-at=0 priority=8 \
max-limit=256k burst-limit=0 burst-threshold=0 burst-time=0s
name="Upload" parent=Main Upload packet-mark=Upload \
limit-at=0 queue=Upload priority=8 max-limit=0 \
burst-limit=0 burst-threshold=0 burst-time=0s
BROWSING 1Mbs bagi rata sekampung (baca: satu jaringan)
DOWNLOAD 256Kbps bagi rata sekampung
GAME seadanya bandwith sesuai kebutuhan sekampung
POKER seadanya bandwith sesuai kebutuhan sekampung
UPLOAD seadanya bandwith bagi rata sesuai kebutuhan sekampung
Cara Setting Mikrotik Supaya Seimbang Antara Browsing,Pointblank dan Poker | 19.52 |
Filed under:
All About Configurasi IT
|
- Jalankan Winbox dan Buka “New Terminal” Copykan perintah di bawah ini kemudian pastekan di “New Terminal”:
A.POINTBLANK
/ip firewall mangle add chain=game action=mark-connection \
new-connection-mark=Game passthrough=yes protocol=tcp \
dst-address=203.89.146.0/23 dst-port=39190 comment=”Point Blank”
/ip firewall \
mangle add chain=game action=mark-connection new-connection-mark=Game \
passthrough=yes protocol=udp dst-address=203.89.146.0/23 \
dst-port=40000-40010
/ip firewall mangle add chain=game action=mark-packet \
new-packet-mark=Game_pkt passthrough=no connection-mark=Game
/ip firewall \
mangle add chain=prerouting action=jump jump-target=game
/queue type add \
name=”Game” kind=pcq pcq-rate=0 pcq-limit=50 \
pcq-classifier=src-address,dst-address,src-port,dst-port \
pcq-total-limit=2000
/queue tree add name=”Game” parent=global-total \
packet-mark=Game_pkt limit-at=0 queue=Game priority=1 max-limit=0 burst-limit=0 \
burst-threshold=0 burst-time=0s
B.POKER
/ip firewall mangle add chain=prerouting protocol=tcp dst-port=9339 \
connection-state=new action=mark-connection new-connection-mark=poker \
passthrough=yes comment="poker" disabled=no
/ip firewall mangle add \
chain=prerouting connection-mark=poker action=mark-packet new-packet-mark=poker1 \
passthrough=no comment="" disabled=no
/queue tree add name="poker mania" \
parent=global-out packet-mark=poker1 limit-at=0 queue=default priority=1 \
max-limit=0 burst-limit=0 burst-threshold=0 burst-time=0s disabled=no
/ip firewall mangle add chain=forward action=mark-connection \
new-connection-mark=http passthrough=yes protocol=tcp in-interface=public \
out-interface=local packet-mark=!Game_pkt connection-mark=!Game \
connection-bytes=0-262146 comment=”BROWSE”
/ip firewall mangle add \
chain=forward action=mark-packet new-packet-mark=http_pkt passthrough=no \
protocol=tcp connection-mark=http
/queue type add name=”Http” kind=pcq \
pcq-rate=1700k pcq-limit=50 pcq-classifier=dst-address \
pcq-total-limit=2000
/queue tree add name=”Main_Browse” parent=local \
limit-at=0 priority=8 max-limit=512k burst-limit=0 burst-threshold=0 \
burst-time=0s
/queue tree add name=”Browse” parent=Main_Browse \
packet-mark=http_pkt limit-at=0 queue=Http priority=8 max-limit=1700k \
burst-limit=0 burst-threshold=0 burst-time=0s
- Untuk melihat perintah yang sudah berjalan anda bisa Klik di menu winbox “Ip” kemudian “Firewall” kemudian “Mangle”…seperti gambar di bawah ini:
- Kemudian klik “Queue” kemudian “Queue Tree” Double klik “Main Browse” kemudian anda ubah “Max Limit” 75 persen dari jumlah bandwidth anda…misalkan bandwidth anda 512Kb maka anda isikan “Max Limit” 350Kb begitu juga dengan "Browse"…seperti gambar di bawah ini:
Selesai….
Semoga Bermanfaat
Tafsir Islam sebagai Rahmatan Lil 'Alamin | 12.18 |
Filed under:
All About Moslem
|
Salah Kaprah Memahami Rahmatan Lil ‘Alamin
وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107)
Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam diutus dengan membawa ajaran Islam, maka Islam adalah rahmatan lil’alamin, Islam adalah rahmat bagi seluruh manusia.
Secara bahasa,
الرَّحْمة: الرِّقَّةُ والتَّعَطُّفُ
rahmat artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba (Lihat Lisaanul Arab, Ibnul Mandzur). Atau dengan kata lain rahmat dapat diartikan dengan kasih sayang. Jadi, diutusnya Nabi MuhammadShallallahu ‘alaihi Wa sallam adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh manusia.
Penafsiran Para Ahli Tafsir
1. Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Tafsir Ibnul Qayyim:
“Pendapat yang lebih benar dalam menafsirkan ayat ini adalah bahwa rahmat disini bersifat umum. Dalam masalah ini, terdapat dua penafsiran:
Pertama: Alam semesta secara umum mendapat manfaat dengan diutusnya Nabi MuhammadShallallahu ‘alaihi Wa sallam.
Orang yang mengikuti beliau, dapat meraih kemuliaan di dunia dan akhirat sekaligus.
Orang kafir yang memerangi beliau, manfaat yang mereka dapatkan adalah disegerakannya pembunuhan dan maut bagi mereka, itu lebih baik bagi mereka. Karena hidup mereka hanya akan menambah kepedihan adzab kelak di akhirat. Kebinasaan telah ditetapkan bagi mereka. Sehingga, dipercepatnya ajal lebih bermanfaat bagi mereka daripada hidup menetap dalam kekafiran.
Orang kafir yang terikat perjanjian dengan beliau, manfaat bagi mereka adalah dibiarkan hidup didunia dalam perlindungan dan perjanjian. Mereka ini lebih sedikit keburukannya daripada orang kafir yang memerangi Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.
Orang munafik, yang menampakkan iman secara zhahir saja, mereka mendapat manfaat berupa terjaganya darah, harta, keluarga dan kehormatan mereka. Mereka pun diperlakukan sebagaimana kaum muslimin yang lain dalam hukum waris dan hukum yang lain.
Dan pada umat manusia setelah beliau diutus, Allah Ta’ala tidak memberikan adzab yang menyeluruh dari umat manusia di bumi. Kesimpulannya, semua manusia mendapat manfaat dari diutusnya Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.
Kedua: Islam adalah rahmat bagi setiap manusia, namun orang yang beriman menerima rahmat ini dan mendapatkan manfaat di dunia dan di akhirat. Sedangkan orang kafir menolaknya. Sehingga bagi orang kafir, Islam tetap dikatakan rahmat bagi mereka, namun mereka enggan menerima. Sebagaimana jika dikatakan ‘Ini adalah obat bagi si fulan yang sakit’. Andaikan fulan tidak meminumnya, obat tersebut tetaplah dikatakan obat”
2. Muhammad bin Ali Asy Syaukani dalam Fathul Qadir:
“Makna ayat ini adalah ‘Tidaklah Kami mengutusmu, wahai Muhammad, dengan membawa hukum-hukum syariat, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia tanpa ada keadaan atau alasan khusus yang menjadi pengecualian’. Dengan kata lain, ’satu-satunya alasan Kami mengutusmu, wahai Muhammad, adalah sebagai rahmat yang luas. Karena kami mengutusmu dengan membawa sesuatu yang menjadi sebab kebahagiaan di akhirat’ ”
3. Muhammad bin Jarir Ath Thabari dalam Tafsir Ath Thabari:
“Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang makna ayat ini, tentang apakah seluruh manusia yang dimaksud dalam ayat ini adalah seluruh manusia baik mu’min dan kafir? Ataukah hanya manusia mu’min saja? Sebagian ahli tafsir berpendapat, yang dimaksud adalah seluruh manusia baik mu’min maupun kafir. Mereka mendasarinya dengan riwayat dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhu dalam menafsirkan ayat ini:
من آمن بالله واليوم الآخر كتب له الرحمة في الدنيا والآخرة , ومن لم يؤمن بالله ورسوله عوفي مما أصاب الأمم من الخسف والقذف
“Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, ditetapkan baginya rahmat di dunia dan akhirat. Namun siapa saja yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah yang menimpa umat terdahulu, seperti mereka semua di tenggelamkan atau di terpa gelombang besar”
dalam riwayat yang lain:
تمت الرحمة لمن آمن به في الدنيا والآخرة , ومن لم يؤمن به عوفي مما أصاب الأمم قبل
“Rahmat yang sempurna di dunia dan akhirat bagi orang-orang yang beriman kepada Rasulullah. Sedangkan bagi orang-orang yang enggan beriman, bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah yang menimpa umat terdahulu”
Pendapat ahli tafsir yang lain mengatakan bahwa yang dimaksud adalah orang-orang beriman saja. Mereka membawakan riwayat dari Ibnu Zaid dalam menafsirkan ayat ini:
فهو لهؤلاء فتنة ولهؤلاء رحمة , وقد جاء الأمر مجملا رحمة للعالمين . والعالمون هاهنا : من آمن به وصدقه وأطاعه
“Dengan diutusnya Rasulullah, ada manusia yang mendapat bencana, ada yang mendapat rahmah, walaupun bentuk penyebutan dalam ayat ini sifatnya umum, yaitu sebagai rahmat bagi seluruh manusia. Seluruh manusia yang dimaksud di sini adalah orang-orang yang beriman kepada Rasulullah, membenarkannya dan menaatinya”
Pendapat yang benar dari dua pendapat ini adalah pendapat yang pertama, sebagaimana riwayat Ibnu Abbas. Yaitu Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam sebagai rahmat bagi seluruh manusia, baik mu’min maupun kafir. Rahmat bagi orang mu’min yaitu Allah memberinya petunjuk dengan sebab diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. BeliauShallallahu ‘alaihi Wa sallam memasukkan orang-orang beriman ke dalam surga dengan iman dan amal mereka terhadap ajaran Allah. Sedangkan rahmat bagi orang kafir, berupa tidak disegerakannya bencana yang menimpa umat-umat terdahulu yang mengingkari ajaran Allah” (diterjemahkan secara ringkas).
4. Muhammad bin Ahmad Al Qurthubi dalam Tafsir Al Qurthubi
“Said bin Jubair berkata: dari Ibnu Abbas, beliau berkata:
كان محمد صلى الله عليه وسلم رحمة لجميع الناس فمن آمن به وصدق به سعد , ومن لم يؤمن به سلم مما لحق الأمم من الخسف والغرق
“Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam adalah rahmat bagi seluruh manusia. Bagi yang beriman dan membenarkan ajaran beliau, akan mendapat kebahagiaan. Bagi yang tidak beriman kepada beliau, diselamatkan dari bencana yang menimpa umat terdahulu berupa ditenggelamkan ke dalam bumi atau ditenggelamkan dengan air”
Ibnu Zaid berkata:
أراد بالعالمين المؤمنين خاص
“Yang dimaksud ’seluruh manusia’ dalam ayat ini adalah hanya orang-orang yang beriman” ”
5. Ash Shabuni dalam Shafwatut Tafasir
“Maksud ayat ini adalah ‘Tidaklah Kami mengutusmu, wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh makhluk’. Sebagaimana dalam sebuah hadits:
إنما أنا رحمة مهداة
“Sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan (oleh Allah)” (HR. Al Bukhari dalam Al ‘Ilal Al Kabir 369, Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman 2/596. Hadits ini di-shahih-kan Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah, 490, juga dalam Shahih Al Jami’, 2345)
Orang yang menerima rahmat ini dan bersyukur atas nikmat ini, ia akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Allah Ta’ala tidak mengatakan ‘rahmatan lilmu’minin‘, namun mengatakan ‘rahmatan lil ‘alamin‘ karena Allah Ta’ala ingin memberikan rahmat bagi seluruh makhluknya dengan diutusnya pemimpin para Nabi, Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Beliau diutus dengan membawa kebahagiaan yang besar. Beliau juga menyelamatkan manusia dari kesengsaraan yang besar. Beliau menjadi sebab tercapainya berbagai kebaikan di dunia dan akhirat. Beliau memberikan pencerahan kepada manusia yang sebelumnya berada dalam kejahilan. Beliau memberikan hidayah kepada menusia yang sebelumnya berada dalam kesesatan. Inilah yang dimaksud rahmat Allah bagi seluruh manusia. Bahkan orang-orang kafir mendapat manfaat dari rahmat ini, yaitu ditundanya hukuman bagi mereka. Selain itu mereka pun tidak lagi ditimpa azab berupa diubah menjadi binatang, atau dibenamkan ke bumi, atau ditenggelamkan dengan air”
Pemahaman Yang Salah Kaprah
Permasalahan muncul ketika orang-orang menafsirkan ayat ini secara serampangan, bermodal pemahaman bahasa dan logika yang dangkal. Atau berusaha memaksakan makna ayat agar sesuai dengan hawa nafsunya. Diantaranya pemahaman tersebut adalah:
1. Berkasih sayang dengan orang kafir
Sebagian orang mengajak untuk berkasih sayang kepada orang kafir, tidak perlu membenci mereka, mengikuti acara-acara mereka, enggan menyebut mereka kafir, atau bahkan menyerukan bahwa semua agama sama dan benar, dengan berdalil dengan ayat:
وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ
“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi alam semesta” (QS. Al Anbiya: 107)
Padahal bukan demikian tafsiran dari ayat ini. Allah Ta’ala menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh manusia, namun bentuk rahmat bagi orang kafir bukanlah dengan berkasih sayang kepada mereka. Bahkan telah dijelaskan oleh para ahli tafsir, bahwa bentuk rahmat bagi mereka adalah dengan tidak ditimpa musibah besar yang menimpa umat terdahulu. Inilah bentuk kasih sayang Allah terhadap orang kafir, dari penjelasan sahabat Ibnu Abbas Radhiallahu’anhu.
Bahkan konsekuensi dari keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya adalah membenci segala bentuk penyembahan kepada selain Allah, membenci bentuk-bentuk penentangan terhadap ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam, serta membenci orang-orang yang melakukannya. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
لاَ تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka” (QS. Al-Mujadalah: 22)
Namun perlu dicatat, harus membenci bukan berarti harus membunuh, melukai, atau menyakiti orang kafir yang kita temui. Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnul Qayyim dalam tafsir beliau di atas, bahwa ada orang kafir yang wajib diperangi, ada pula yang tidak boleh dilukai.
Menjadikan surat Al Anbiya ayat 107 sebagai dalil pluralisme agama juga merupakan pemahaman yang menyimpang. Karena ayat-ayat Al Qur’an tidak mungkin saling bertentangan. Bukankah AllahTa’ala sendiri yang berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإِسْلامُ
“Agama yang diridhai oleh Allah adalah Islam” (QS. Al Imran: 19)
Juga firman Allah Ta’ala:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (QS. Al Imran: 85)
Orang yang mengusung isu pluralisme mungkin menafsirkan ‘Islam’ dalam ayat-ayat ini dengan ‘berserah diri’. Jadi semua agama benar asalkan berserah diri kepada Tuhan, kata mereka. Cukuplah kita jawab bualan mereka dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam:
الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا
”Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, engkau mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Ramadhan dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya” (HR. Muslim no.8)
Justru surat Al Anbiya ayat 107 ini adlalah bantahan telak terhadap pluralisme agama. Karena ayat ini adalah dalil bahwa semua manusia di muka bumi wajib memeluk agama Islam. Karena Islam itu ‘lil alamin‘, diperuntukkan bagi seluruh manusia di muka bumi. Sebagaimana dijelaskan Imam Ibnul Qayyim di atas: “Islam adalah rahmat bagi setiap manusia, namun orang yang beriman menerima rahmat ini dan mendapatkan manfaat di dunia dan di akhirat. Sedangkan orang kafir menolaknya”.
2. Berkasih sayang dalam kemungkaran
Sebagian kaum muslimin membiarkan orang-orang meninggalkan shalat, membiarkan pelacuran merajalela, membiarkan wanita membuka aurat mereka di depan umum bahkan membiarkan praktek-praktek kemusyrikan dan enggan menasehati mereka karena khawatir para pelaku maksiat tersinggung hatinya jika dinasehati, kemudian berkata : “Islam khan rahmatan lil’alamin, penuh kasih sayang”. Sungguh aneh.
Padahal bukanlah demikian tafsir surat Al Anbiya ayat 107 ini. Islam sebagai rahmat Allah bukanlah bermakna berbelas kasihan kepada pelaku kemungkaran dan membiarkan mereka dalam kemungkarannya. Sebagaiman dijelaskan Ath Thabari dalam tafsirnya di atas, “Rahmat bagi orang mu’min yaitu Allah memberinya petunjuk dengan sebab diutusnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Beliau Shallallahu ‘alaihi Wa sallam memasukkan orang-orang beriman ke dalam surga dengan iman dan amal mereka terhadap ajaran Allah”.
Maka bentuk kasih sayang Allah terhadap orang mu’min adalah dengan memberi mereka petunjuk untuk menjalankan perinta-perintah Allah dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah, sehingga mereka menggapai jannah. Dengan kata lain, jika kita juga merasa cinta dan sayang kepada saudara kita yang melakukan maksiat, sepatutnya kita menasehatinya dan mengingkari maksiat yang dilakukannya dan mengarahkannya untuk melakukan amal kebaikan.
Dan sikap rahmat pun diperlukan dalam mengingkari maksiat. Sepatutnya pengingkaran terhadap maksiat mendahulukan sikap lembut dan penuh kasih sayang, bukan mendahulukan sikap kasar dan keras. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam bersabda:
إن الرفق لا يكون في شيء إلا زانه . ولا ينزع من شيء إلا شانه
“Tidaklah kelembutan itu ada pada sesuatu, kecuali akan menghiasnya. Tidaklah kelembutan itu hilang dari sesuatu, kecuali akan memperburuknya” (HR. Muslim no. 2594)
3. Berkasih sayang dalam penyimpangan beragama
Adalagi yang menggunakan ayat ini untuk melegalkan berbagai bentuk bid’ah, syirik dan khurafat. Karena mereka menganggap bentuk-bentuk penyimpangan tersebut adalah perbedaan pendapat yang harus ditoleransi sehingga merekapun berkata: “Biarkanlah kami dengan pemahaman kami, jangan mengusik kami, bukankah Islam rahmatan lil’alamin?”. Sungguh aneh.
Menafsirkan rahmat dalam surat Al Anbiya ayat 107 dengan kasih sayang dan toleransi terhadap semua pemahaman yang ada pada kaum muslimin, adalah penafsiran yang sangat jauh. Tidak ada ahli tafsir yang menafsirkan demikian.
Perpecahan ditubuh ummat menjadi bermacam golongan adalah fakta, dan sudah diperingatkan sejak dahulu oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Dan orang yang mengatakan semua golongan tersebut itu benar dan semuanya dapat ditoleransi tidak berbeda dengan orang yang mengatakan semua agama sama. Diantara bermacam golongan tersebut tentu ada yang benar dan ada yang salah. Dan kita wajib mengikuti yang benar, yaitu yang sesuai dengan ajaran NabiShallallahu ‘alaihi Wa sallam. Bahkan Ibnul Qayyim mengatakan tentang rahmat dalam surat Al Anbiya ayat 107: “Orang yang mengikuti beliau, dapat meraih kemuliaan di dunia dan akhirat sekaligus”. Artinya, Islam adalah bentuk kasih sayang Allah kepada orang yang mengikuti golongan yang benar yaitu yang mau mengikuti ajaran Nabi Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.
Pernyataan ‘biarkanlah kami dengan pemahaman kami, jangan mengusik kami’ hanya berlaku kepada
orang kafir. Sebagaimana dinyatakan dalam surat Al Kaafirun:
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُمْ وَلَا أَنْتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
“Katakanlah: ‘Hai orang-orang kafir, Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku‘”
Sedangkan kepada sesama muslim, tidak boleh demikian. Bahkan wajib menasehati bila saudaranya terjerumus dalam kesalahan. Yang dinasehati pun sepatutnya lapang menerima nasehat. Bukankah orang-orang beriman itu saling menasehati dalam kebaikan?
وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍإِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al ‘Ashr: 1 – 3)
Dan menasehati orang yang berbuat menyimpang dalam agama adalah bentuk kasih sayang kepada orang tersebut. Bahkan orang yang mengetahui saudaranya terjerumus ke dalam penyimpangan beragama namun mendiamkan, ia mendapat dosa. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam:
إذا عملت الخطيئة في الأرض كان من شهدها فكرهها كمن غاب عنها . ومن غاب عنها فرضيها ، كان كمن شهدها
“Jika engkau mengetahui adanya sebuah kesalahan (dalam agama) terjadi dimuka bumi, orang yang melihat langsung lalu mengingkarinya, ia sama seperti orang yang tidak melihat langsung (tidak dosa). Orang yang tidak melihat langsung namun ridha terhadap kesalahan tersebut, ia sama seperti orang yang melihat langsung (mendapat dosa)” (HR. Abu Daud no.4345, dihasankan Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud)
Perselisihan pendapat pun tidak bisa dipukul-rata bahwa semua pendapat bisa ditoleransi. Apakah kita mentoleransi sebagian orang sufi yang berpendapat shalat lima waktu itu tidak wajib bagi orang yang mencapai tingkatan tertentu? Atau sebagian orang kejawen yang menganggap shalat itu yang penting ‘ingat Allah’ tanpa harus melakukan shalat? Apakah kita mentoleransi pendapat Ahmadiyyah yang mengatakan bahwa berhaji tidak harus ke Makkah? Tentu tidak dapat ditoleransi. Jika semua pendapat orang dapat ditoleransi, hancurlah agama ini. Namun pendapat-pendapat yang berdasarkan dalil shahih, cara berdalil yang benar, menggunakan kaidah para ulama, barulah dapat kita toleransi.
4. Menyepelekan permasalahan aqidah
Dengan menggunakan ayat ini, sebagian orang menyepelekan dan enggan mendakwahkan aqidah yang benar. Karena mereka menganggap mendakwahkan aqidah hanya akan memecah-belah ummat dan menimbulkan kebencian sehingga tidak sesuai dengan prinsip bahwa Islam adalah rahmatan lil ‘alamin.
Renungkanlah perkataan Ash Shabuni dalam menafsirkan rahmatan lil ‘alamin: “Beliau Shallallahu ‘alaihi Wa sallam memberikan pencerahan kepada manusia yang sebelumnya berada dalam kejahilan. Beliau memberikan hidayah kepada menusia yang sebelumnya berada dalam kesesatan. Inilah yang dimaksud rahmat Allah bagi seluruh manusia”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallammenjadi rahmat bagi seluruh manusia karena beliau membawa ajaran tauhid. Karena manusia pada masa sebelum beliau diutus berada dalam kesesatan berupa penyembahan kepada sesembahan selain Allah, walaupun mereka menyembah kepada Allah juga. Dan inilah inti ajaran para Rasul. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah saja, dan jauhilah Thaghut’ ” (QS. An Nahl: 36)
Selain itu, bukankah masalah aqidah ini yang dapat menentukan nasib seseorang apakah ia akan kekal di neraka atau tidak? Allah Ta’ala berfirman:
نَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ ۖ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun” (QS. Al Maidah: 72)
Oleh karena itu, adakah yang lebih urgen dari masalah ini?
Kesimpulannya, justru dakwah tauhid, seruan untuk beraqidah yang benar adalah bentuk rahmatdari Allah Ta’ala. Karena dakwah tauhid yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam adalah rahmat Allah, maka bagaimana mungkin menjadi sebab perpecahan ummat? Justru kesyirikanlah yang sebenarnya menjadi sebab perpecahan ummat. Sebagaimana firman AllahTa’ala:
وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا ۖ كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
“Janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka” (QS. Ar Ruum: 31-32)
Pemahaman Yang Benar
Berdasarkan penafsiran para ulama ahli tafsir yang terpercaya, beberapa faedah yang dapat kita ambil dari ayat ini adalah:
- Di utusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam sebagai Rasul Allah adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh manusia.
- Seluruh manusia di muka bumi diwajibkan memeluk agama Islam.
- Hukum-hukum syariat dan aturan-aturan dalam Islam adalah bentuk kasih sayang AllahTa’ala kepada makhluk-Nya.
- Seluruh manusia mendapat manfaat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam
- Rahmat yang sempurna hanya didapatkan oleh orang yang beriman kepada ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam
- Seluruh manusia mendapat manfaat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam.
- Orang yang beriman kepada ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam, membenarkan beliau serta taat kepada beliau, akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
- Orang kafir yang memerangi Islam juga mendapat rahmat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam, yaitu dengan diwajibkannya perang melawan mereka. Karena kehidupan mereka didunia lebih lama hanya akan menambah kepedihan siksa neraka di akhirat kelak.
- Orang kafir yang terikat perjanjian dengan kaum musliminjuga mendapat rahmat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Yaitu dengan dilarangnya membunuh dan merampas harta mereka.
- Secara umum, orang kafir mendapat rahmat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam berupa dihindari dari adzab yang menimpa umat-umat terdahulu yang menentang Allah. Sehingga setelah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam, tidak akan ada kaum kafir yang diazab dengan cara ditenggelamkan seluruhnya atau dibenamkan ke dalam bumi seluruhnya atau diubah menjadi binatang seluruhnya.
- Orang munafik yang mengaku beriman di lisan namun ingkar di dalam hati juga mendapatrahmat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Mereka mendapat manfaat berupa terjaganya darah, harta, keluarga dan kehormatan mereka. Mereka pun diperlakukan sebagaimana kaum muslimin yang lain dalam hukum waris dan hukum yang lain. Namun di akhirat kelak Allah akan menempatkan mereka di dasar neraka Jahannam.
- Pengutusan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam menjadi rahmat karena beliau telah memberikan pencerahan kepada manusia yang awalnya dalam kejahilan dan memberikan hidayah kepada manusia yang awalnya berada dalam kesesatan berupa peribadatan kepada selain Allah.
- Sebagian ulama berpendapat, rahmat dalam ayat ini diberikan juga kepada orang kafir namun mereka menolaknya. Sehingga hanya orang mu’min saja yang mendapatkannya.
- Sebagain ulama berpendapat, rahmat dalam ayat ini hanya diberikan orang mu’min.
Alhamdulillahiladzi bini’matihi tatimmush shalihat..
AQIDAH ISLAM | 12.02 |
Filed under:
All About Moslem
|
Pendidikan akidah merupakan asas kepada pembinaan Islam pada diri seseorang. Ia
merupakan inti kepada amalan Islam seseorang. Seseorang yang tidak memiliki akidah
menyebabkan amalannya tidak mendapat pengiktirafan oleh Allah swt. Ayat-ayat yang terawal
yang diturunkan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw di Makkah menjurus kepada
pembinaan akidah. Dengan asas pendidikan dan penghayatan akidah yang kuat dan jelas maka
Nabi Muhammad saw telah berjaya melahirkan sahabat-sahabat yang mempunyai daya tahan yang
kental dalam mempertahan dan mengembangkan Islam ke seluruh dunia. Bilal bin Rabah tidak
berganjak imannya walaupun diseksa dan ditindih dengan batu besar di tengah padang pasir
yang panas terik. Demikian juga keluarga Amar bin Yasir tetap teguh iman mereka walau
berhadapan dengan ancaman maut. Dari sini kita nampak dengan jelas bahawa pendidikan
akidah amat penting dalam jiwa setiap insan muslim agar mereka dapat mempertahan iman dan
agama Islam lebih-lebih lagi di zaman globalisasi yang penuh dengan cabaran dalam segenap
penjuru terutamanya internet dan teknologi maklumat yang berkembang dengan begitu pesat
sekali.
2.0 Matlamat dan Objektif Pendidikan Akidah
2.1 Mengakui keesaan Allah swt
Matlamat utama pendidikan akidah Islam ialah mendidik manusia supaya mengakui keesaan
dan ketunggalan Allah swt sebagai tuhan yang wajib disembah. Tiada sekutu bagiNya. Ini
dijelakan oleh Allah swt dalam firmanNya yang bermaksud :
"Katakanlah (wahai Muhammad) Dia ialah Allah Yang Maha Esa. Allah menjadi tumpuan sekelian makhluk untuk memohon sebarang hajat. Ia tiada beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada sesiapa yang setara denganNya"
(al-Ikhlas : 1-4)
2.2 Melahirkan manusia yang patuh dan tunduk kepada Allah swt .Pendidikan akidah juga penting untuk mendidik manusia supaya patuh dan tunduk kepada kebesaran dan keagongan Allah swt.
2.3 Membentuk keperibadian insan
Sebagaimana acuan dapat membentuk dan mencorakkan air kandungannya maka demikianlah akidah dapat membentuk dan mendidik orang yang mengambilnya menepati dengan hakikat dan tabiat kemanusiaan yang tulen dan asli seperti yang dikehendaki oleh penciptanya. Pendidikan akidah dapat membentuk sifat-sifat nalurinya, akal fikirannya, iradahnya dan perasaannya. Ringkasnya pendidikan akidah bermatlamat untuk membentuk nilai akhlak dan keperibadian seseorang insan yang akan mencorakkan suluk amali atau gerak laku amal perbuatan selaras dengan peranan dan tanggungjawab manusia sebagai khalifah Allah swt di muka bumi ini. Menurut Mohd Sulaiman Yasin (1987), Akidah Islam ialah akidah yang bersumberkan ketuhanan (akidah Rabbaniyyah) yang tetap, syumul, menyeluruh dan fitrah. Tabiat akidah yang demikian ialah akidah yang kukuh dan teguh. Hanya akidah yang teguh sahaja dapat membentuk manusia yang teguh dan kukuh. Kekukuhan dan keteguhan akidah ialah kerana kekukuhan dan keteguhan ciri-ciri yang menjadi kandungan akidah itu, yang merangkumi segala hakikat iaitu hakikat ketuhanan, hakikat alma semesta dan hakikat kemanusiaan serta nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan. Kekukuhan akidah inilah yang akhirnya menjadi sumber kekuatan Islam. Itulah hakikat kekuatan umat Islam, kekuatan jiwa dan rohani serta peribadinya yang menjadi asas kepada kekuatan jasmaninya. Di dalam sejarah kegemilangan umat Islam yang silam kita mendapati bahawa umat Islam di masa itu telah dibentuk dan dididik oleh akidah yang akhirnya melahirkan kekuatan yang sungguh kental dan luar biasa. Kita lihat sahaja kepada Bilal, bahawa akidah telah memberikan kekuatan kepadanya. Abdul Rahman bin Auf dan Osman bin Affan sanggup membelanjakan hartanya kerana mempertahankan Islam sehingga tiada apa lagi yang dimiliki melainkan Allah swt dan Rasul. Ali bin Abi Talib sanggup mempertaruhkan nyawanya kerana Rasulullah saw dan banyak lagi contoh-contoh yang ditunjukkan oleh para sahabat Rasulullah saw hasil dari pendidikan akidah yang mantap.
2.0 Definisi Akidah
Perkataan akidah berasal dari perkataan bahasa Arab iaitu "aqada yang bererti ikatan atau simpulan. Perkataan ini juga digunakan pada sesuatu yang maknawi seperti akad nikah dan akad jual beli. Dari ikatan atau simpulan yang maknawi ini maka lahirlah akidah iaitu ikatan atau simpulan khusus dalam kepercayaan. Sementara dari segi istilah, akidah bermaksud kepercayaan yang terikat erat dan tersimpul kuat dalam jiwa seseorang sehingga tidak mungkin tercerai atau terurai. Akidah menurut istilah syara" pula bermaksud kepercayaan atau keimanan kepada hakikat-hakikat atau nilai-nilai yang mutlak, yang tetap dan kekal, yang pasti dan hakiki, yang kudus dan suci seperti yang diwajibkan oleh syara" iaitu beriman kepada Allah swt, rukun-rukun Iman, rukun-rukun Islam dan perkara-perkara ghaibiyyat.
3.2 Hakikat Iman
Dalam menjelaskan definisi akidah ada disebut perkataan kepercayaan atau keimanan. Ini disebabkan Iman merupakan unsur utama kepada akidah. Iman ialah perkataan Arab yang bererti percaya yang merangkumi ikrar (pengakuan) dengan lidah, membenarkan dengan hati dan mempraktikkan dengan perbuatan. Ini adalah berdasarkan sebuah hadis yang bermaksud : "Iman itu ialah mengaku dengan lidah, membenarkan di dalam hati dan beramal dengan anggota".
(al-Hadis)
Walaupun iman itu merupakan peranan hati yang tidak diketahui oleh orang lain selain dari dirinya sendiri dan Allah swt namun dapat diketahui oleh orang melalui bukti-bukti amalan. Iman tidak pernah berkompromi atau bersekongkol dengan kejahatan dan maksiat. Sebaliknya iman yang mantap di dada merupakan pendorong ke arah kerja-kerja yang sesuai dan secucuk dengan kehendak dan tuntutan iman itu sendiri.
"Sesungguhnya orang-orang mukmin yang beriman kepada Allah swt dan RasulNya kemudian mereka tidak ragu-ragu".
(al-Hujurat : 15)
(al-Anfal : 2-4)
Perkara yang menjadi asas atau pokok keimanan dalam Islam juga dikenali sebagai rukun-rukun Iman iaitu sebanyak enam perkara :
- Pertama : Beriman kepada Allah swt.
- Kedua : Beriman kepada Malaikat.
- Ketiga : Beriman kepada kitab-kitab.
- Keempat : Beriman kepada Rasul-Rasul.
- Kelima : Beriman kepada Hari Kiamat.
- Keenam : Beriman kepada Qada" dan Qadar.
Hal ini dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam hadisnya yang bermaksud :
"Iman itu bahawa kamu mempercayai kepada Allah swt, malaikatNya, kitab-kitabNya, para RasulNya, hari kumudian dan kamu beriman kepada takdir baik dan buruknya".
(Riwayat Muslim)
3.3 Hubungan Iman dan Islam
Iman dengan makna tasdiq juga dinamakan akidah di mana rahsianya tidak diketahui sesiapa melainkan orang berkenaan dan Allah swt. Namun demikian manusia mempunyai sifat-sifat lahiriah yang dapat dilihat melalui tingkah laku manusia sama ada melalui percakapan atau perbuatan. Inilah yang menjadi ukuran keimanan seseorang. Adapun segala yang tersirat di dalam hatinya terserah kepada Allah swt. Iman yang melahirkan penyerahan diri kepada Allah itu juga disebut sebagai Islam. Ini bermaksud seseorang yang beriman hendaklah menyerah diri kepada Allah swt dengan menerima segala hukum dan syariat yang diturunkan Ilahi. Penyerahan dan penerimaan ini berlaku dengan dua perkara iaitu
(i) dengan kepercayaan dan pegangan hati yang dinamakan Iman (akidah) dan
(ii) melalui sifat-sifat lahiriah iaitu melalui perkataan dan perbuatan (amalan) dinamakan Islam. Nabi Muhammad saw telah juga menunjukkan penggunaan kalimah Iman dalam pengertian amal sebagaimana sabdanya yang bermaksud : "Iman terbahagi lebih enam puluh bahagian, yang paling tinggi ialah mengucap kalimah "Lailahaillallah" dan yang paling rendah ialah membunag benda-benda yang boleh menyakitkan orang di jalan".
(Riwayat Muslim)
Oleh yang demikian jelas di sini Iman dan Islam mempunyai hubungan yang rapat dan tidak mungkin dipisahkan. Islam umpama pohon sementara Iman umpama akar sesepohon kayu. Kesuburan dan kekuatan akar pokok tersebut dapat dilihat dengan kesuburan pokok pada daun, ranting dan dahannya. Dalam menjelaskan tentang hubungan Iman dan Islam ini kita petik sebuah hadis sabda Nabi saw kepada rombongan Abdul Qias yang bermaksud:
"Aku menyuruh kamu beriman kepada Allah swt yang Maha Esa. Apakah kamu mengerti apa dia yang dikatakan beriman kepada Allah swt yang Maha Esa ". Iaitu penyaksian bahawa tiada tuhan yang disembah melainkan Allah swt yang Maha Esa, tiada sekutu baginya, mendirikan sembahyang, mengeluarkan zakat dan menunaikan satu perlima daripada harta rampasan perang".
(Muttafaqun "alaih)
Hadis di atas menjelaskan betapa adanya hubungan yang erat di antara iman dan Islam di mana Islam itu menjadi salah satu daripada perinsip Iman dan Iman pula dilahirkan melalui Islam secara amali, dengan iqrar syahadah dan melaksanakan hukum syariat dalam segala amalan. Sekiranya berlaku iqrar syahadah dan menunaikan fardhu sedangkan hatinya tidak yakin atau tidak percaya serta ragu-ragu terhadap hukum hakam Allah swt maka seseorang itu dihukum tidak beriman walaupun masih dinamakan Islam sebagaimana yang berlaku kepada sesetengah orang-orang Badwi di zaman Rasulullah saw.
Firman Allah swt yang bermaksud
Kesimpulannya Iman itu melambangkan sesuatu yang batin sementara Islam melambangkan sesuatu yang zahir. Oleh itu iman dan Islam tidak boleh dipisahkan. Islam umpama pokok sementara Iman umpama akar. Ibadat solat merupakan batang kepada pokok itu sementara beriman kepada Allah swt merupakan akar tunjangnya di mana ia menjadi teras keimanan seseorang. Pemisahan Iman dan Islam samalah kita memisahkan pokok dari akarnya.
3.4 Konsep Ihsan dan Hubungannya dengan Iman dan Islam
Ihsan bermaksud bekerja dengan baik dan tekun. Dari segi syara" bermaksud mengelokkan perbuatan zahir dengan ibadat dan mengelokkan perbuatan batin dengan ikhlas. Menurut kamus bahasa, Ihsan bermaksud membuat sesuatu yang baik. Al-quran menerangkan dengan meluas ciri-ciri Ihsan dan mereka yang bersifat muhsinin (berbuat kebaikan).
Antaranya firman Allah swt yang bermaksud :
(al-Isra" : 7)
Kedudukan Ihsan adalah tinggi di sisi Islam dalam konteks melengkapkan ciri-ciri keimanan dan keislaman individu dan masyarakat Islam seluruhnya. Al-Quran menerangkan bahawa Ihsan wajib menjadi tabiat manusia. Allah swt telah memberi ni"mat kepada manusia dengan IhsanNya, maka manusia perlu Ihsan dengan ni"mat ini kepada makhluk.
Firman allah swt yang bermaksud :
"Dan berbuat baiklah (kepada hamba-hamba Allah swt) sebagaimana Allah swt berbuat baik kepadamu (dengan pemberian ni"matNya yang melimpah-limpah". (al-Qasas : 77)
Seseorang yang melakukan Ihsan akan merasa tenang yang tidak dapat dirasakan oleh orang lain dan orang yang menerima Ihsan itu sendiri merasa senang. Kasih sayang kepada pelaku Ihsan akan memberi kebahagiaan jiwa. Mereka yang membuat keburukan tidak akan mendapat ketenangan hidup. Oleh itu Allah swt telah memberi galakan supaya berbuat Ihsan sebagaimana firmanNya yang bermaksud :
"Sesungguhnya Allah swt menyuruh kamu berlaku adil, dan berbuat ihsan (kebaikan), serta memberi bantuan kepada kaum karabat dan melarang daripada melakukan perbuatan-perbuatan keji dan mungkar serta zalim". (al-Nahl : 90)
Al-Quran mengangkat martabat Ihsan dengan begitu tinggi lebih-lebih lagi jika turut disertakan dengan ikhlas kepada Allah swt dan kedua-dua ini dianggap sebagai sifat yang paling tinggi dan mulia yang patut ada pada diri setiap muslim. Kesimpulannya kalau Iman itu umpama akar, Islam umpama pokok maka Ihsan pula umpama buah yang baik. Demikianlah hubungan di antara Iman, Islam dan Ihsan.
3.5 Peringkat-peringkat Iman
Iman itu boleh bertambah dan berkurang. Malah Iman seseorang boleh dihinggapi penyakit. Ada Iman sentiasa bertambah iaitu Iman para Nabi dan Rasul. Ada Iman yang tidak bertambah atau berkurang iaitu Iman para Malaikat. Ada Iman yang kadang-kadang bertambah dan ada ketikanya menurun iaitu Iman kebanyakan orang mukmin. Terdapat juga jenis Iman yang jarang-jarang bertambah tetapi banyak menurun iaitu Iman orang-orang yang fasik lagi jahat.
Iman terbahagi kepada lima peringkat:
- Iman Taqlid iaitu Iman ikutan. Orang yang beriman secara taqlid beramal semata-mata mengikut orang lain. Iman jenis ini merbahaya dan terdedah kepada kesesatan.
- Iman Ilmu iaitu Iman yang berdasarkan semata-mata kepada ilmu dan fikiran semata-mata dan ia tidak terpahat di dalam hati. Iman pada tahap ini juga terdedah kepada bahaya dan penyelewengan.
- Iman A'yan iaitu Iman yang dapat dihayati sehingga ke lubuk hati. Iman pada tahap ini dimiliki oleh orang-orang soleh. Seseorang yang beriman pada tahap ini amalannya bertolak dari hati yang ikhlas untuk mencari keredhaan Allah swt. Iman kita juga sekurang-kurangnya berada pada tahap ini.
- Iman Hak iaitu Iman yang hakiki yang terlepas dari godaan nafsu dan syaitan. Iman pada tahap ini dimiliki oleh golongan muqarrabin. Iman Hakikat iaitu Iman peringkat yang paling tinggi yang boleh dicapai oleh manusia. Mereka yang memiliki Iman pada tahap ini hidup semata-mata untuk Allah swt.
Perkara yang menjadi asas atau pokok keimanan dalam Islam dikenali sebagai rukun-rukun Iman ialah enam perkara sebagaimana firman Allah swt yang bermaksud:
(al-Baqarah : 285)
Sabda Nabi saw yang bermaksud: "Iman itu ialah kamu beriman kepada Allah swt, Malaikat-MalaikatNya, Kitab-KitabNya, Rasul-RasulNya, Hari Akhirat, Qadar baik dan buruk".
(Riwayat Muslim)
3.6.1 Beriman kepada Allah swt
Beriman kepada Allah swt bermaksud mengetahui, percaya dan beri"tikad dengan teguh, perkara-perkara yang wajib, mustahi dan harus bagi Allah swt. Seseorang itu hendaklah beri"tikad secara ijmal dan sungguh-gungguh bahawa Allah swt bersifat dengan sifat-sifat yang sumpurna dan sesuai dengan ketuhananNya. Mustahil Allah swt bersifat dengan sifat-sifat kekurangan dan harus bagi Allah swt melakukan semua perkara atau meninggalkannya.
Iman dan tauhid kepada Allah swt tegak di atas dua asas iaitu
- Tauhid Rububiyyah
Tauhid Rububiyyah bermaksud mengimani dan yakin bahawa Allah swt sahaja Tuhan yang mencipta alam ini. Mentauhidkan Allah swt sebagai pencipta, pengurus, pentadbir, pengatur, pemerintah, pendidik, pemelihara dan pengasuh sekelian alam. Banyak ayat-ayat al-Quran yang menyebut tentang tauhid Uluhiyah ini. Antaranya firman Allah yang bermaksud:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللّهَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ بِالْحقِّ
إِن يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ
|
(Ibrahim 14 : 19)
Firman Allah swt lagi yang bermaksud:
خَلَقَ السَّمَاوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا وَأَلْقَى فِي
الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَن تَمِيدَ بِكُمْ وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ
دَابَّةٍ وَأَنزَلْنَا مِنَ السَّمَاء مَاء فَأَنبَتْنَا فِيهَا مِن
كُلِّ زَوْجٍ كَرِيمٍ
|
(Luqman 31:10)
Dalam beberapa ayat yang lain Allah swt menyebut bahawa orang-orang kafir juga percaya kepada Rububiyah Allah swt dengan mengaku bahawa Allah swt adalah pencipta langit dan bumi. Firman Allah swt yang bermaksud:
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَهُمْ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى
يُؤْفَكُونَ
|
(al-Zukhruf : 87)
Maksud firman Allah swt lagi:
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّن نَّزَّلَ مِنَ السَّمَاء مَاء فَأَحْيَا
بِهِ الْأَرْضَ مِن بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
|
(al-Ankabut : 63)
- Tauhid Uluhiyyah
Beriman kepada Uluhiyyah Allah swt bermaksud yakin bahawa Allah swt sahaja Tuhan yang patut disembah, dipohon segala doa, dipatuhi, dicintai, ditakuti, dan tawakkal kepadaNya. Seterusnya mnerima segala hukumNya dengan yakin dan redha. Ringkasnya Tauhid Uluhiyyah ini menuntut seseorang meyakini kemutlakan kekuasaan Allah swt yang menjadi tempat tumpuan segala makhluk sama ada dari segi sembahan atau memohon segala doa dan hajat. Keyakinan ini menetapkan bahawa hanya Allah swt sahaja yang berkah menentukan hukum dan peraturan bagi seluruh makhluk di alam ini. Di antara ayat al-Quran yang membicarakan tentang Uluhiyyah Allah swt adalah seperti berikut. Firman Allah swt yang bermaksud:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
|
"Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon
pertolongan" (al-Fatihah : 5) |
"Katakanlah (wahai Muhammad) Dialah Allah swt yang Maha Esa. Allah swt tempat meminta
(tumpuan). Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada sesuatupun yang
meneyrupaiNya". (al-Ikhlas : 1-4) |
"Engkaulah yang memasukkan malam ke dalam siang dan siang ke dalam malam. Engkau juga mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. Engkau jugalah yang memberi rezki kepada sesiapa yang dikehendaki dengan tiada hitungan hisab".
(Al-Imran : 27)
تُولِجُ اللَّيْلَ فِي الْنَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ
وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الَمَيَّتَ مِنَ
الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَن تَشَاء بِغَيْرِ حِسَابٍ
|
Beriman kepada malaikat bermaksud percaya dan yakin tentang wujudnya makhluk yang digelar malaikat. Jumlah malaikat hanya Allah swt sahaja yang mengetahui. Di antara ciri-ciri malaikat yang disebut di dalam al-Quran dan al-Hadis antaranya ialah:
- Malaikat merupakan makhluk yang taat kepada Allah swt.
- Diciptakan dari nur.
- Tidak mempunyai hawa nafsu.
- Tidak makan dan minum
- Memiliki akal yang terbatas untuk melaksanakan perintah Allah swt.
- Tiada jantina tertentu (tidak lelaki, tidak perempuan, bukan khunsa).
- Malakikat mempunyai sayap.
- Memiliki kekuatan dan kepantasan yang luar biasa.
Firman Allah swt yang bermaksud:
"Dan tidaklah ada yang mengetahui siapa tentera Tuhan itu melaikan Dia".
(al-Mudasir : 31)
وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلَائِكَةً وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِّلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا وَلَا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَن يَشَاء وَيَهْدِي مَن يَشَاء وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ وَمَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ |
"Dan mereka mengerjakan apa yang diperintahkan".
(al-Nahlu : 50)
Sabda Rasulullah saw yang bermaksud:
"Dijadikan malaikat daripada cahaya dan dijadikan jin daripada percikan api".
(Riwayat Muslim)
Firman Allah swt yang bermaksud:
"Miraj yang dilalui oleh malaikat-malaikat dan Jibril ke pusat pemerintahanNya (menerima dan menyempurkan tugas) pada satu hari tempohnya lima puluh ribu tahun".
(al-Ma"rij : 4)
Firman Allah swt yang bermaksud:
"Segala puji bagi Allah swt yang menciptakan langit dan bumi, yang menjadikan maalaikat utusan-utusan yang brsayap dua, tiga dan empat". (al-Fath : 1)
Dalam perkembangan kepercayaan manusia terhadap perkara ghaib sejak zaman purbakala telah ada kepercayaan kepada dewa-dewa. Orang Greek di zaman purba mempercayai adanya dewa-dewa. Demikian juga orang Tionghoa dan Mesir. Kadang-kadang kepercayaan kepada dewa-dewa ini dihubungkaitkan dengan bintang-bintang. Contohnya orang Greek (Yunani) mempercayai bintang Mars adalah dewa peperangan. Demikian juga ada yang mempercayai bahawa malaikat itu adalah anak perempuan Tuhan.
Setelah fahaman "ketauhidan" menjadi jelas di dalam Islam, maka tegaklah kepercayaan bahawa persembahan dan pemujaan hanyalah kepada Allah semata-mata. Malaikat-malaikat bukanlah Tuhan dan tiada kuasa. Ia tidak dapat memakbulkan permohonan makhluk. Kita tidak perlu takut kepada malaikat kerana ia tidak dapat berbuat apa-apa melainkan dengan izin Allah swt. Demikianlah halusnya pokok kepercayaan dalam Islam sehingga memuja malaikat adalah termasuk dalam perbuatan syirik yang membatalkan akidah seseorang.
Menurut athar Said bin al-Musayyib bahawa malaikat itu bukan lelaki dan bukan perempuan, mereka tidak makan atau minum dan tidak tidur. Bilangan malaikat amatlah ramai. Tidak diketahui jumlahnya melainkan Allah swt. Setiap orang wajib beriman kepada malaikat secara ijmal kecuaili sepuluh malaikat sahaja diwajibkan kita beriman secara tafsil sebagaimana berikut:
Jibril
Malaikat pertama yang dianggap sebagai penghulu sekelian malaikat. Dia juga bernama Namus, Ruh al-Amin (roh yang diberi keperrcayaan) dan Ruh al-Qudus (roh yang suci). Tugasnya yang utama ialah menerima perintah Allah swt untuk disampaikan kepada para Nabi dan Rasul. Oleh kerana ruh Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul itu telah mendapat latihan yang cukup dan istimewa sehingga memudahkan hubungannya dengan alam ghaib. Maka dapatlah mereka melihat dan berhubung nyata dengan Malaikat Jibril itu. Nabi Muhammad saw pertama kali berjumpa dengan Jibril ialah semasa menerima wahyu pertama di gua Hira" di atas bukit Nur. Datang berupa seorang lelaki berpakaian serba putih. Demikian juga semasa Isra dan Mi"raj Nabi saw ditemani oleh Jibril alaihissalam.
Jibril pernah merupakan dirinya sebagai seorang sahabat Nabi saw yang muda dan pantas sikapnya iaitu Dahiyah al-Kalbi. Menurut hadis Bukhari dan Muslim yang diriwayatkan oleh Saidina Omar al-Khatab menyatakan bahawa Jibril merupa seorang lelaki datang ke majlis Rasulullah saw mengemukakan pertanyaan berkaitan dengan Iman, Islam dan Ihsan. Semua sahabat Rasulullah saw yang hadir melihatnya.
Di waktu Rasulullah saw menghembuskan nafasnya yang penghabisan Jibril turut hadir di sisi Baginda saw. Sebab Rasulullah saw berkata "Jibril ! Jibril ! Dekatlah kepadaku". (Hamka, 1988).
Kitab-kitab suci dan suuf yang diturunkan kepada Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul iaitu Taurat, Zabur, Injil dan al-Quran diturunkan melalui perantaraan Jibril as.
Mikail
Malaikat Mikail tugasnya mengurus hal ehwal penghidupan. Mengatur rezki, hujan dan sebagainya. Mengatus perjalanan matahari, bumi, bulan dan cakrawala ini. Peredaran matahari dan bintang menyebabkan berlakunya siang dan malam. Ia menjaga perjalanan alam ini sehingga segala sesuatu itu berjalan dengan lancar di dalam peraturan yang ditentukan. Yang berat turun ke bawah, yang ringan terapung ke atas dan tenaga tarik menarik yang ada semuanya dalam lingkungan tugas Mikail.
Izrail
Izrail terkenal denganpanggilan "Malaikat Maut". Bertugas mencabut nyawa segala makhluk yang bernyawa di alam ini apabila tiba masanya. Izrail tidak akan datang kalau kita belum "dipanggil". Walaupun di kiri kanan kita bergelimpangan mayat-mayat, kita tidak akan mati kalau belum tiba giliran. Dan kalau tiba giliran ke mana kita menyembunyikan diri Izrail tetap menunggu kita. Walaupun kita berada dalam perti besai yang kukuh sekalipun.
Kita tidak tahu bila Izrail akan datang kepada kita. Kita juga tidak boleh cemas kerana dia pasti datang. Kecemasan boleh dihilangkan dengan memenuhi hidup kita melakukan kebajikan dan meninggalkan kemungkaran.
Tugasnya meniup sangkakala (Shur). Tiupan pertama memusnahkan seluruh alam ini melainkan perkara-perkara yang tidak diizinkan Allah swt musnah.
Kesan Akidah Islam
Akidah Islam akan melahirkan seseorang atau masyarakat yang mempunyai kepribadian yang unggul yang akhirnya akan dijelmakan melalui tingkah-laku, percakapan dan gerak-geri hati seseorang atau sesebuah masyarakat. Akidah Islam yang telah meresap ke dalam jiwa dan lubuk hati sesseorang akan menimbulkan kesan-kesan positif di antaranya dapat kita gariskan seperti berikut:
3.7.1 Akidah Islam melahirkan seorang yang yakin kepada Allah swt yang maha esa. Lantaran itu menggerakkan seluruh tingkah-lakunya, percakapannya dan gerak-gerinya untuk mencari keredhaan Allh swt.
3.7.2 Akidah Islam melahirkan Insan Soleh. Insan yang melakukan apa yang diperintahkan oleh Allah dan meninggalkan segala jenayah dan kemungkaran.
3.7.3 Akidah Islam melahirkan Insan yang mempunyai akhlak cemerlang dan terpuji.
Mengikis sifat-sifat yang buruk dan melahirkan manusia yang bertaqwa, tawadhu", ikhlas, redha, amanah dengan segala sifat terpuji yang lain di samping menyingkirkan sifat-sifat yang buruk seperti dengki, sombong, ria", takabur dan seumpamanya yang boleh membawa masalah sosiol dalam masyarakat.
3.7.4 Akidah akan melahirkan seseorang atau sesebuah masyarakat yang optimis dan yakin kepada diri sendiri untuk bekerja bagi mencapai kejayaan di dunia di samping tidak lupa mencari keredhaan Allah swt supaya mendapat kebahagian di akhirat.
3.7.5 Akidah Islam melahirkan Insan dan masyarakat yang teguh pendiriannya, mempunyai perinsip dan tidak mudah terpengaruh dengan persekitaran yang mengancam nilai dan akhlak manusia terutama dengan pelbagai pengarauh hasil kemajuan teknologi maklumat di zaman ini. Ia mampu membeza dan memilih nilai-nilai yang positif dan menolak nilai-nilai yang negatif yang boleh merosakkan keperibadian Insan dan masyarakat.
3.7.6 Akidah Islam yang teguh mampu membawa manusia dan masyarakat maju ke hadapan dalam segala bidang. Sejarah membuktikan masyarakat Arab telah berubah daripada satu masyarakat yang tidak dikenali kepada sebuah masyarakat yang digeruni. Akidah Islam telah mengangkat darjah mereka. Mereka menguasai hampir separuh dari bumi ini. Mereka menguasai pentadbiran dan maju dalam pelbagai disiplin ilmu pengetahuan.
3.7.7 Akidah Islam membentuk manusia berlumba-lumba untuk melakukan kebajikan dan mencegah dari kemungkaran. Ini akan melahirkan masyarakat yang harmoni dan aman tenteram. Tiada jenayah atau pencerobohan ke atas sesiapa disebabkan mereka yakin kepada hari pembalasan.
3.7.8 Akidah Islam akan melahirkan manusia yang tidak mudah putus asa atau hilang harapan. Iman di dalam hati akan memberi ketenangan yang luar biasa.
3.7.9 Akidah Islam akhirnya melahirkan manusia yang sanggup berjihad ke jalan Allah swt walaupun harta dan nyawa menjadi taruhan. Bilal bin Rabah sanggup mati kerana mempertahankan akidahnya. Kelaurga Amar bin Yasir demikian juga. Demikianlah para sahabat sanggup mengorbankan harta dan nyawa untuk mempertahan dan menyebarkan Islam ke seluruh dunia. Ini adalah kesan dari Akidah Islam yang meressap di dalam jiwa dan lubuk hati mereka.
Akidah Islam yang ada dalam hati umat Islam kini mungkin tidak begitu mantap menyebabkan mereka tidak dapat mencapai kegemilangan sebagaimana umat Islam di zaman Nabi saw dan para Sahabat. Umat Islam pada hari ini begitu rapuh akidahnya. Lantaran itu mereka amat mudah terpengaruh dengan berbagai-bagai unsur negatif. Kemunduran umat Islam kini kerana mereka semakin jauh dari menghayati Akidah Islam yang sebenar.
Kisah Nabi Ayyub A.S | 11.58 |
Filed under:
All About Moslem
|
Silsilah Nasab Nabi Ayyub dan Dzulkifli عليهما السلام
Ibrahim عليه السلام
Ishaq عليه السلام
Ish
Rum
Tawikh
Amush
Ayyub عليه السلام + Rahmah
Dzulkifli عليه السلام
(yang berarti “yang mempunyai jaminan”)
|
Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw bersabda, "Sesungguhnya Nabiyullah Ayyub ditimpa musibah selama delapan belas tahun. Orang dekat dan orang jauh menolaknya, kecuali dua orang laki-laki saudaranya yang selalu menjenguknya setiap pagi dan petang hari. Suatu hari salah seorang dari keduanya berkata kepada temannya, 'Ketahuilah, demi Allah, Ayyub telah melakukan sebuah dosa yang tidak dilakukan oleh seorang manusia di dunia ini.’ Temannya menanggapi, ’Apa itu?’ Dia menjawab, ’Sudah delapan belas tahun Allah tidak merahmatinya dan tidak mengangkat ujian yang menimpanya.’
Manakala keduanya pergi kepada Ayyub, salah seorang dari keduanya tidak tahan dan dia mengatakan hal itu kepada Ayyub. Maka Ayyub عليه السلام berkata, ’Aku tidak mengerti apa yang kalian berdua katakan. Hanya saja, Allah mengetahui bahwa aku pernah melewati dua orang laki-laki yang bersengketa dan keduanya menyebut nama Allah, lalu aku pulang ke rumah dan bersedekah untuk keduanya karena aku khawatir nama Allah disebut kecuali dalam kebenaran.’
Nabi saw bersabda, "Ayyub pergi buang hajat. Jika dia buang hajat, istrinya menuntunnya sampai di tempat buang hajat. Suatu hari Ayyub عليه السلام terlambat dari istrinya dan Allah mewahyukan kepada Ayyub عليه السلام, ”Hantamkanlah kakimu, inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum." (QS. Shad: 42) Istrinya menunggunya cukup lama. Dia melihat dan memperhatikannya sedang berjalan ke arahnya, sementara Allah telah menghilangkan penyakitnya dan dia lebih tampan dari sebelumnya. Ketika istrinya melihatnya, dia berkata, ”Semoga Allah memberimu berkah, apakah kamu melihat Nabiyullah, orang yang sedang diuji? Demi Allah, kamu sangat mirip dengannya jika dia itu dalam keadaan sehat.’ Ayyub عليه السلام berkata, ”Sesungguhnya akulah Ayyub.”
Ayyub عليه السلام memiliki dua tempat untuk mengeringkan hasil bumi, yang pertama untuk gandum dan yang kedua untuk jewawut, lalu Allah mengirim dua potong awan. Ketika awan yang pertama tiba di atas tempat pengeringan gandum, ia memuntahkan emas sampai ia melimpah, dan awan yang lainnya menumpahkan di tempat pengeringan jewawut sampai melimpah pula."
Diriwayatkan oleh Abu Ya'la dalam Musnad-nya (1/176-177), Abu Nuaim dalam Al-Hilyah (3/374-375) dari dua jalan dari Said bin Abu Maryam. Nafi' bin Yazid menyampaikan kepada kami, Aqil memberitakan kepada kami dari Ibnu Syihab dari Anas bin Malik secara marfu’." Dan dia berkata, "Gharib dari hadits Az-Zuhri,
tidak ada yang meriwayatkan darinya kecuali Aqil. Rawi-rawinya disepakati keadilan mereka. Nafi meriwayatkannya secara sendiri."
Muslim meriwayatkan haditsnya, rawi-rawi lainnya adalah rawi-rawi Syaikhain. Jadi, hadits ini shahih. Ia dishahihkan oleh Ad-Dhiya' Al-Maqdisi. Dia meriwayatkannya dalam Al-Mukhtarah (2/220-221) dari jalan ini. Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Hibban dalam Shahih-nya (2091) dari Ibnu Wuhaib. Nafi' bin Yazid memberitakan kepada kami."
|